Ketua Umum Asprindo Kunjungi UIN Sumut, Bahas Rencana Pembangunan Ma’had al Jami’ah

Ketua Umum Asprindo Kunjungi UIN Sumut, Bahas Rencana Pembangunan Ma’had al Jami’ah

Medan (UINSU) – Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo), H. Jose Rizal, MBA, melakukan kunjungan resmi ke Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) Medan pada Sabtu (10/2). Kedatangannya disambut dengan hangat oleh Rektor UIN SU Medan, Prof. Dr. Nurhayati, M.Ag, beserta jajaran akademik, termasuk Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Pengembangan Lembaga, Prof. Dr. Muzakkir, M.Ag, serta Kepala Biro Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan (AUPK), Drs. Ibnu Sa’dan, M.Pd. Acara ini berlangsung di Kampus IV UIN SU Medan, yang terletak di Tuntungan.

Kunjungan ini bertujuan untuk memperkuat implementasi nota kesepahaman (MoU) antara UIN Sumatera Utara Medan dan Asprindo, yang telah disepakati sebelumnya. Fokus utama kerja sama ini adalah pembangunan dan pengembangan Ma’had al Jami’ah, sebuah pusat pendidikan berbasis Islam yang akan berdiri di lingkungan kampus.

Dalam kesempatan tersebut, H. Jose Rizal didampingi oleh beberapa pejabat universitas, termasuk Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Pengembangan Lembaga serta Kepala Bagian Umum UIN SU Medan, Abdul Basid Lubis, S.Pd.I., M.Pd. Mereka meninjau langsung lokasi yang telah dipersiapkan untuk pembangunan Ma’had al Jami’ah di Kampus IV UIN SU Medan.

Pembangunan Ma’had al Jami’ah ini diharapkan menjadi salah satu langkah strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan serta pembentukan karakter mahasiswa. Fasilitas ini nantinya akan berfungsi sebagai pusat pembelajaran agama, tahfizul Qur’an, serta pengembangan keterampilan berbahasa asing. Selain itu, keberadaan Ma’had al Jami’ah juga akan memperkuat nilai-nilai keislaman di lingkungan kampus, menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga memiliki moral dan spiritual yang kuat.

Kunjungan ini menunjukkan komitmen kuat antara Asprindo dan UIN SU Medan dalam mendorong peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Kedua pihak berharap bahwa kerja sama ini dapat terus berkembang dan memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan serta pembangunan bangsa di masa depan.

Prof. Didin S. Damanhuri: Stabilitas Politik Kunci Kemajuan Ekonomi, Indonesia Harus Berbenah

Prof. Didin S. Damanhuri: Stabilitas Politik Kunci Kemajuan Ekonomi, Indonesia Harus Berbenah

Ekonom senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) sekaligus Ketua Dewan Pakar Asprindo, Prof. Didin S. Damanhuri, mengungkapkan bahwa stagnasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang jauh lebih rendah dibandingkan Vietnam disebabkan oleh perbedaan sistem politik serta lemahnya penegakan hukum. Menurutnya, ketidakseimbangan dalam demokrasi prosedural di Indonesia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi, sehingga negara ini tertinggal dari Vietnam.

Selama satu dekade terakhir, pertumbuhan ekonomi Vietnam rata-rata mencapai 6,05 persen. Secara rinci, Vietnam mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,4 persen pada 2014, 7 persen di 2015, 6,7 persen pada 2016, 6,9 persen di 2017, 7,5 persen pada 2018, dan 7,4 persen pada 2019. Ketika pandemi Covid-19 melanda, pertumbuhan ekonomi Vietnam turun menjadi 2,9 persen pada 2020 dan 2,6 persen di 2021. Namun, pada 2022 ekonomi Vietnam melonjak hingga 8,1 persen sebelum kembali ke angka 5 persen pada 2023.

Di sisi lain, Indonesia hanya mencatatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 4,21 persen dalam satu dekade terakhir. Pada 2014, ekonomi Indonesia tumbuh 5 persen, diikuti oleh 4,9 persen pada 2015, 5 persen di 2016, 5,1 persen pada 2017, 5,2 persen pada 2018, dan kembali ke 5 persen di 2019. Saat pandemi melanda, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar -2,1 persen pada 2020, kemudian pulih ke angka 3,7 persen di 2021, naik menjadi 5,3 persen di 2022, dan kembali ke 5 persen pada 2023.

Menurut Didin, secara prinsip tidak ada perbedaan mendasar dalam cara suatu negara menumbuhkan ekonominya. Faktor-faktor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi meliputi pengeluaran pemerintah, perbankan, investasi, konsumsi domestik, serta perdagangan internasional. Namun, perbedaan sistem pemerintahan memiliki dampak signifikan dalam pertumbuhan ekonomi.

“Vietnam memiliki kemiripan dengan era Orde Baru di Indonesia, di mana stabilitas politik terjaga dalam jangka panjang, terdapat garis besar kebijakan nasional yang konsisten, serta minim gangguan dari kebijakan jangka pendek setiap lima tahun,” jelas Didin.

Stabilitas Politik Vietnam Sebagai negara dengan sistem politik komunis satu partai, Vietnam mampu menyusun rencana pembangunan jangka panjang yang tidak banyak dipengaruhi oleh kepentingan politik jangka pendek. Menurut Didin, kondisi politik di Vietnam relatif stabil, dan penegakan hukumnya berjalan konsisten meskipun terjadi pergantian kepemimpinan. Hal ini memberikan jaminan kepastian bagi para investor.

Sebaliknya, Indonesia menganut sistem presidensial dengan pergantian kepemimpinan setiap lima tahun melalui Pemilu. Dengan banyaknya partai politik yang terlibat, muncul berbagai kepentingan yang dapat mempengaruhi kebijakan ekonomi. Akibatnya, tidak ada jaminan stabilitas dalam keberlanjutan pembangunan.

“Di Indonesia, setiap pergantian pemerintahan sering kali diikuti dengan perubahan kebijakan. Meskipun pemerintahan dua periode seperti SBY atau Jokowi berusaha menjaga kesinambungan, tetap saja terjadi perbedaan prioritas di setiap periode lima tahunan,” ujar Didin.

Ia menyoroti bahwa sejak era reformasi, tidak ada kebijakan industrialisasi yang berkesinambungan untuk memberikan kepastian bagi investor dalam mendukung sektor industri.

Dalam sepuluh tahun terakhir, Didin menilai bahwa penegakan hukum di Indonesia mengalami banyak tantangan akibat dinamika politik yang semakin dipengaruhi oleh kepentingan korporasi besar. Salah satu kebijakan kontroversial yang lahir dalam pemerintahan Jokowi adalah Undang-Undang Cipta Kerja, yang dinilai kurang berpihak kepada publik.

Dengan kepemimpinan baru di bawah Prabowo Subianto, Didin melihat adanya potensi pergeseran kebijakan ekonomi yang lebih berorientasi kepada rakyat. Namun, kebijakan tersebut masih menggunakan landasan hukum yang berasal dari era pemerintahan sebelumnya, yang dinilai kurang kompatibel dengan kondisi saat ini. Akibatnya, para investor melihat ketidakpastian dalam iklim investasi.

Ia mencontohkan beberapa permasalahan yang menciptakan ketidakpastian, seperti lemahnya penegakan hukum terhadap pengemplang pajak di sektor sawit dan tambang, maraknya kasus korupsi, serta polemik proyek strategis nasional seperti PSN PIK 2 yang berkaitan dengan reklamasi laut.

“Demokrasi prosedural yang berjalan saat ini berdampak pada sulitnya mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini cenderung tidak berkualitas, karena ketimpangan justru semakin meningkat,” tambahnya.

Tantangan Ekonomi Indonesia Menurut Didin, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mencapai ambisi pertumbuhan ekonomi 8 persen yang diusung oleh Prabowo. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintahan Prabowo perlu melakukan modernisasi sistem politik guna menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih kondusif. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah industrialisasi di pedesaan untuk mengurangi ketimpangan ekonomi yang semakin tajam.

“Saya melihat program Kampung Industri yang telah digagas oleh Asprindo sebagai inisiatif yang baik. Program ini perlu diperluas dan bahkan dijadikan sebagai program nasional,” tutur Didin.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa modernisasi sistem politik dapat menjadi langkah strategis untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan, sekaligus tetap mempertahankan kompetisi politik yang sehat. Hal utama yang perlu diperhatikan adalah menjamin supremasi hukum sebagai fondasi utama bagi pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan.

Kampung Industri Asprindo Menjadi Alternatif Solusi Ketahanan Pangan dan Pengentasan Kemiskinan

Kampung Industri Asprindo Menjadi Alternatif Solusi Ketahanan Pangan dan Pengentasan Kemiskinan

Program Kampung Industri yang diinisiasi oleh Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo) kini mulai menunjukkan perkembangan yang positif. Sebelumnya, program ini sempat mengalami kendala akibat pandemi Covid-19 yang melanda pada periode kepengurusan sebelumnya.

Ketua Umum Asprindo, Jose Rizal, menyampaikan hal tersebut saat membuka kembali sosialisasi Kampung Industri kepada jajaran pengurus DPP, DPW, serta anggota Asprindo melalui platform Zoom Meeting pada Sabtu (25/1).

Untuk mempercepat pengembangan Kampung Industri, Jose menegaskan bahwa pihaknya telah menjalin dan terus mengupayakan kerja sama serta sinergi dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah. Di tingkat nasional, Asprindo telah melakukan audiensi dengan beberapa kementerian guna memperoleh dukungan. Beberapa di antaranya adalah Menteri PPN/Bappenas yang memberikan respons positif terhadap program ini, Menteri Kelautan dan Perikanan yang telah menginstruksikan dirjen terkait untuk meninjau rintisan Kampung Industri perikanan Asprindo, serta Menteri Desa dan PDT yang dalam waktu dekat akan melakukan penandatanganan MoU.

Selain itu, Asprindo juga akan terus berupaya mendapatkan dukungan dari kementerian teknis lainnya serta pemerintah daerah. Di luar lingkup pemerintahan, Asprindo juga akan menjalin kolaborasi dengan perguruan tinggi guna mendapatkan tenaga ahli dan pendampingan bagi pengembangan program ini. Ketua Dewan Pakar Asprindo, Prof. Didin S. Damanhuri, yang juga merupakan guru besar IPB, telah menyiapkan tim ahli dari IPB untuk turut mengawal keberlangsungan program Kampung Industri ini.

“Harapan kami ke depan adalah menjadikan Kampung Industri sebagai program nasional yang dapat membantu pemerintah dalam membangun ketahanan pangan. Dengan basis akar rumput, Kampung Industri dapat menjadi solusi alternatif bagi pemerintah dalam upaya ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan,” ungkap Jose dalam keterangannya.

Lebih lanjut, Jose menekankan bahwa di internal Asprindo, Kampung Industri merupakan sebuah keharusan. Program ini adalah perwujudan semangat gotong royong di antara para pengusaha pribumi untuk saling mengembangkan bisnis mereka.

“Jika ingin tumbuh besar dan bersaing, kita harus menjalankan program ini. Selama ini, pengusaha pribumi umumnya adalah pelaku usaha kecil dengan keterbatasan modal dan akses pasar. Mereka sulit bersaing dengan oligarki yang mendominasi perekonomian. Oleh karena itu, penting bagi pengusaha bumiputera untuk bersatu dan bersinergi dengan sesama anggota yang memiliki bidang usaha serupa, sehingga dapat membentuk kekuatan ekonomi baru. Kampung Industri adalah implementasi nyata dari ekonomi kerakyatan yang dikelola secara profesional,” tegasnya.

Sebagai pengingat, konsep Kampung Industri yang dikembangkan oleh Asprindo adalah sebuah kawasan perkampungan yang memanfaatkan bisnis rumahan dan UMKM yang dikelola oleh mayoritas masyarakat setempat untuk dibentuk menjadi ekosistem usaha yang terpadu. Program ini mengajak elemen masyarakat untuk berkolaborasi dengan pengusaha anggota Asprindo di berbagai wilayah.

“Kunci utama Kampung Industri adalah adanya produk unggulan di setiap wilayah, semangat gotong royong dalam penyediaan sumber daya, serta pengelolaan yang profesional dengan prinsip manfaat bersama bagi seluruh pihak yang terlibat,” pungkas Jose.

ASPRINDO : Perbaiki Tata Kelola Jika Indonesia Ingin Tumbuh Tinggi

ASPRINDO : Perbaiki Tata Kelola Jika Indonesia Ingin Tumbuh Tinggi

Jakarta: Ketua Dewan Pakar Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (ASPRINDO), Prof. Didin S. Damanhuri, mengapresiasi langkah Presiden Prabowo Subianto dalam melakukan pergeseran paradigma menuju pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan (people-centered development). Menurutnya, penerapan konsep ini memerlukan pengelolaan yang baik.

“Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang cukup berat. Dibutuhkan waktu yang lebih panjang untuk melakukan pembenahan secara menyeluruh. Jika ingin mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen, yang harus dilakukan bukan hanya menggerakkan sektor ekonomi, tetapi juga memperbaiki berbagai aspek lainnya,” ujar Prof. Didin pada Sabtu (19/1/2025).

Ia menjelaskan bahwa perbaikan harus dimulai dari regulasi dan penegakan hukum guna menekan kebocoran anggaran negara. Selain itu, pemerintah perlu menerapkan kebijakan penghematan nasional serta meninjau kembali mekanisme bagi hasil dari sektor pengelolaan sumber daya alam.

“Jika kita melihat kondisi di lapangan, banyak sektor sumber daya alam seperti perkebunan sawit, nikel, batu bara, dan migas yang kontribusinya bagi negara masih tergolong kecil. Seharusnya, skema bagi hasil dapat dioptimalkan menjadi 50-50. Saat ini, setelah dikurangi berbagai biaya, pemerintah hanya mendapatkan sekitar 30 persen. Presiden Prabowo perlu berani melakukan revisi terhadap hal ini,” tambahnya.

Prof. Didin juga mengungkapkan bahwa Hashim Djojohadikusumo, adik dari Presiden Prabowo Subianto, pernah menyatakan bahwa ada sekitar Rp300 triliun dari sektor sawit yang tidak masuk ke kas negara, belum termasuk sawit ilegal. Banyak pengusaha sawit yang memperluas lahan tanpa pengawasan, sehingga hanya lahan yang memiliki Hak Guna Usaha (HGU) yang dikenakan pajak. Hal ini menyebabkan pemerintah kehilangan potensi pemasukan yang besar.

“Alih-alih meningkatkan pemasukan negara dengan membenahi industri besar, pemerintah justru membebankan pajak kepada masyarakat dan pelaku usaha kecil menengah. Padahal, sektor industri besar hanya mencakup kurang dari 1 persen, sedangkan 99 persen lainnya merupakan usaha menengah ke bawah, terutama UMKM,” paparnya.

Lebih lanjut, Prof. Didin mendorong pemerintah untuk melakukan efisiensi anggaran, mendukung pertumbuhan UMKM, serta memastikan industri swasta beroperasi dengan lebih efisien.

“Saya berharap pemerintah dapat menurunkan pajak agar daya beli masyarakat meningkat dan UMKM dapat berkembang. Di sisi lain, industri besar juga harus diminta untuk melakukan efisiensi dan inovasi,” katanya.

Menurutnya, industri besar tidak boleh hanya mengeksploitasi sumber daya alam tanpa memberikan manfaat yang signifikan bagi negara. Jika tata kelola diperbaiki, pemerintah dapat mengoptimalkan pemasukan dari sektor ini hingga mencapai Rp1.000 triliun. Misalnya, sektor sawit dapat berkontribusi sekitar Rp300 triliun, sementara batu bara sekitar Rp600 triliun.

“Jika kebocoran ini dapat ditekan, Indonesia tidak perlu lagi berutang untuk mendanai program ekonomi rakyat yang dirancang oleh Presiden Prabowo,” tegasnya.

Selain itu, Prof. Didin menekankan bahwa para pemilik industri besar memiliki aset yang jika dikumpulkan, melebihi GDP Indonesia. Oleh karena itu, mereka harus menjadi pelaku usaha yang efisien dan tidak hanya mencari rente. Jika mereka dapat beroperasi dengan lebih baik, pemerintah dapat memberikan insentif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Ia juga menyoroti perlunya reformasi dalam sektor politik nasional agar partai politik tidak bergantung pada pengusaha besar. Ketergantungan ini, menurutnya, dapat memicu skema “balas budi” yang akhirnya mempengaruhi kebijakan pemerintah untuk lebih menguntungkan pemodal dibandingkan masyarakat luas.

“Jika tata kelola diperbaiki dan industri menjadi lebih kompetitif, efisien, serta berinovasi tanpa harus terlibat dalam investasi politik, maka Indonesia akan mengalami kemajuan pesat. Namun, jika tidak ada perubahan, kita akan tetap stagnan seperti sekarang,” ujarnya.

Prof. Didin menegaskan bahwa perbaikan tata kelola negara merupakan kunci dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Tanpa pembenahan yang serius, Indonesia akan terus terjebak dalam middle-income trap.

Sebagai perbandingan, ia menyebutkan bahwa GDP per kapita Indonesia masih bertahan di angka 5.000 Dollar Amerika selama 23 tahun. Sementara itu, Malaysia telah mencapai 12.000 Dollar Amerika, Turki 17.000 Dollar Amerika, dan Korea Selatan 30.000 Dollar Amerika.

“Padahal, kita memulai dari titik yang hampir sama. Namun, akibat lemahnya tata kelola, kita masih stagnan. Jika ingin maju, Indonesia harus memiliki pemerintahan yang bersih dan tata kelola yang baik guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan GDP,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa Presiden Prabowo harus menempatkan para menteri yang benar-benar kompeten guna mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen.

“Saat ini, memang ada beberapa menteri yang kompeten, tetapi ada juga yang belum selaras dengan visi besar yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo. Selain itu, beberapa regulasi yang ada juga masih belum kompatibel. Ini menjadi tantangan yang tidak mudah,” ujarnya.

Menurutnya, tugas yang diemban Presiden Prabowo sangat berat karena ia harus melakukan perubahan paradigma besar-besaran. Oleh karena itu, ia berharap agar Presiden Prabowo tetap konsisten dan berkomitmen dalam melakukan reformasi tata kelola negara.

“Risiko yang dihadapi tentu tidak kecil. Banyak kelompok yang menolak perubahan ini karena kepentingan mereka akan terganggu. Namun, sebagai pemimpin yang menerima mandat rakyat, reformasi harus tetap dijalankan demi kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.

Ketahanan Pangan Berbasis Kampung Industri : Langkah Nyata Menuju Kemandirian

Ketahanan Pangan Berbasis Kampung Industri : Langkah Nyata Menuju Kemandirian

Ketahanan pangan menjadi salah satu isu penting yang dihadapi banyak negara, termasuk Indonesia. Faktor global seperti perubahan iklim, ketidakstabilan ekonomi, dan dinamika geopolitik semakin memperumit sistem produksi serta distribusi pangan.

Salah satu solusi inovatif yang dapat diterapkan adalah konsep Kampung Industri Asprindo. Konsep ini menggabungkan sektor industri dengan komunitas lokal guna menciptakan ekosistem yang mandiri dan berkelanjutan dalam hal ketahanan pangan.

Mengenal Kampung Industri

Kampung Industri merupakan sebuah kawasan yang dirancang untuk mengintegrasikan aktivitas industri dengan kehidupan masyarakat setempat. Tujuannya adalah menciptakan hubungan yang sinergis antara produksi industri dan kebutuhan masyarakat, termasuk dalam hal penyediaan pangan.

Dalam konteks ketahanan pangan, Kampung Industri dapat berfungsi sebagai pusat produksi pangan yang efisien dan berkelanjutan.

Manfaat Kampung Industri bagi Ketahanan Pangan

  1. Meningkatkan Produktivitas
    Dengan pemanfaatan teknologi modern serta metode pertanian inovatif yang disesuaikan dengan kebijakan lokal, Kampung Industri dapat meningkatkan hasil produksi pangan. Contohnya, penerapan sistem irigasi pintar dan teknik pertanian presisi mampu mengoptimalkan hasil panen.
  2. Diversifikasi Produk Pangan
    Kampung Industri mendorong diversifikasi komoditas pangan, sehingga masyarakat tidak hanya bergantung pada satu jenis produk. Diversifikasi ini menjadi langkah strategis dalam mengurangi risiko ketergantungan dan meningkatkan ketahanan pangan.
  3. Pengelolaan Limbah yang Lebih Baik
    Keberadaan fasilitas pengolahan limbah dalam Kampung Industri memungkinkan limbah pertanian dan industri diolah menjadi produk bernilai tambah, seperti pupuk organik. Hal ini tidak hanya mengurangi limbah tetapi juga membantu menjaga kesuburan tanah.
  4. Pemberdayaan Masyarakat Lokal
    Kampung Industri memberikan peluang bagi masyarakat setempat untuk terlibat langsung dalam produksi dan distribusi pangan. Selain meningkatkan taraf ekonomi mereka, langkah ini juga memperkuat ketahanan sosial serta ekonomi komunitas.

Langkah Implementasi Kampung Industri

Agar Kampung Industri dapat berjalan efektif, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Pemerintah dapat mendukung dengan regulasi serta insentif yang tepat, sementara pihak swasta berperan dalam investasi teknologi dan infrastruktur.

Sementara itu, masyarakat lokal dapat berkontribusi dalam pengelolaan operasional sehari-hari serta menjaga keberlangsungan program ini.

Kampung Industri menawarkan pendekatan inovatif dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan di Indonesia. Dengan menggabungkan teknologi modern, diversifikasi komoditas, pengelolaan limbah yang lebih baik, serta pemberdayaan masyarakat, Kampung Industri dapat menjadi model solusi yang efektif dalam menciptakan ketahanan pangan yang berkelanjutan dan inklusif.

Kolaborasi Strategis ASPRINDO dan SMCCI untuk Penguatan Jaringan Bisnis

Kolaborasi Strategis ASPRINDO dan SMCCI untuk Penguatan Jaringan Bisnis

Pertemuan bisnis antara Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (ASPRINDO) dan The Singapore Malay Chamber of Commerce and Industry (SMCCI) diharapkan dapat memperkuat kolaborasi antara pengusaha pribumi serta membangun jaringan bisnis yang solid. Sinergi ini diharapkan memberikan dampak positif bagi semua pihak yang terlibat.

Ketua Umum ASPRINDO, Jose Rizal, menyatakan bahwa pertemuan ini menjadi momentum penting bagi pengusaha pribumi dalam menjalin kerja sama bisnis lintas negara.

“Dengan adanya kolaborasi ini, produk-produk dari ASPRINDO, baik dari sektor UMKM maupun skala besar, memiliki peluang lebih besar untuk diekspor ke Singapura. Selain itu, karena para pengusaha di SMCCI juga memiliki jaringan di Thailand dan Malaysia, maka produk Indonesia nantinya juga dapat menjangkau pasar di kedua negara tersebut,” ujar Jose setelah acara Business Match antara ASPRINDO dan SMCCI yang berlangsung di Kantor ASPRINDO Jakarta, Rabu (6/11/2024).

Ia menegaskan bahwa kerja sama ini terbuka untuk berbagai sektor usaha, mulai dari industri makanan dan minuman hingga jasa konsultasi.

“Kami juga akan mendorong kerja sama ini untuk memperluas pengembangan program Kampung Industri yang sudah lama digagas oleh ASPRINDO. Salah satu fokus utama dari program ini adalah upaya substitusi bahan baku industri yang selama ini masih bergantung pada impor,” tambahnya.

Sebagai contoh, dalam upaya mengurangi impor gandum untuk produksi tepung terigu, Kampung Industri telah melakukan penelitian dan produksi alternatif berbahan dasar ubi.

“Selain sektor F&B, kami juga membuka peluang investasi bagi investor yang berminat untuk berinvestasi dalam berbagai sektor usaha anggota ASPRINDO, termasuk industri pertambangan,” jelas Jose.

Jose berharap bahwa kerja sama ini mendapatkan dukungan dari pemerintah, terutama dalam hal keringanan biaya logistik. Selain itu, ia menekankan pentingnya perhatian pemerintah terhadap potensi ASPRINDO dalam mengembangkan bahan baku dalam negeri sebagai pengganti impor.

“Tingginya biaya logistik di Indonesia menjadi tantangan bagi daya saing produk lokal. Kami berharap pemerintah dapat menekan biaya logistik agar produk Indonesia lebih kompetitif dari segi harga,” ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Senior Business Development Manager dari Royal Kings Consultancy PTE LTD, Muhamed Haris, menjelaskan bahwa perusahaannya bergerak di bidang konsultasi bagi para pelaku usaha yang ingin mengembangkan bisnis di Singapura.

“Kami siap membantu pelaku usaha dalam berbagai aspek, mulai dari pengurusan perizinan, pemilihan lokasi usaha, hingga layanan akuntansi. Selain itu, kami juga memiliki mitra di Jakarta yang dapat membantu pengusaha Indonesia yang ingin berkonsultasi mengenai prospek bisnis di Singapura,” tutur Haris.

Sejalan dengan itu, Board Member SMCCI sekaligus Director of Phoenix Consultancy Agency, Feroz Akbar, mengapresiasi pertemuan yang diinisiasi oleh ASPRINDO.

“Kami berharap pertemuan ini dapat membuka peluang bisnis bagi pengusaha Singapura di Indonesia, terutama dalam sektor makanan beku, F&B, hingga retail,” kata Feroz.

Ia menambahkan bahwa pertemuan ini merupakan langkah awal yang diharapkan dapat berlanjut di masa mendatang.

“Kami menantikan kesempatan untuk menyambut ASPRINDO di Singapura dalam pertemuan berikutnya,” pungkasnya. (Vito Zabdiel)

Asprindo Siap Berkolaborasi : Kebijakan Hashim Djojohadikusumo Beri Ruang Lebih untuk Pengusaha Pribumi

Asprindo Siap Berkolaborasi : Kebijakan Hashim Djojohadikusumo Beri Ruang Lebih untuk Pengusaha Pribumi

Jakarta, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo), Jose Rizal, menyambut baik pernyataan Hashim Djojohadikusumo yang berencana membuka peluang bagi pengusaha UMKM dan skala kecil untuk berpartisipasi dalam program pemerintah, termasuk di sektor perumahan.

“Jika kebijakan yang disampaikan Pak Hashim benar-benar diterapkan oleh Pak Prabowo, tentu ini merupakan langkah yang sangat positif. Kami siap mendukung serta berkolaborasi dalam program tersebut,” ujar Jose Rizal pada Minggu (13/10/2024).

Ia menegaskan bahwa Asprindo didirikan untuk memastikan pengusaha pribumi mendapatkan bagian yang lebih besar dalam perekonomian nasional.

“Kami berkumpul dan bersatu dengan tujuan memperjuangkan hak pengusaha pribumi agar diberikan peluang serta fasilitas yang setara dengan pengusaha non-pribumi. Bahkan, jika kita ingin bersikap adil, pengusaha pribumi seharusnya menjadi aktor utama dalam ekonomi nasional,” jelasnya.

Jose Rizal juga menekankan bahwa jika pemerintahan Prabowo menerapkan kebijakan Affirmative Policy, hal tersebut tidak boleh dianggap sebagai bentuk diskriminasi terhadap pengusaha non-pribumi.

“Sebab selama ini, kita menyadari bahwa pemerintah lebih banyak memberikan kesempatan kepada pengusaha non-pribumi dibandingkan pengusaha pribumi. Akibatnya, kesenjangan antara kedua kelompok ini semakin melebar dan sulit dijembatani tanpa adanya intervensi kebijakan dari pemerintah,” tambahnya.

Sebagai Ketua Umum Asprindo, ia berharap pemerintah dapat menjalin kerja sama dengan Asprindo dalam implementasi kebijakan Affirmative Policy. Apalagi, sektor yang akan menjadi fokus kebijakan ini adalah properti, dengan program pembangunan jutaan rumah bagi masyarakat. Proyek ini bersifat padat karya, sehingga akan menyerap banyak tenaga kerja dan menggerakkan perekonomian pengusaha pribumi di berbagai daerah.

“Asprindo memiliki jaringan luas di seluruh Indonesia. Saya yakin para pengusaha Asprindo, termasuk UMKM, akan mendukung kebijakan ini dengan antusias,” tegasnya.

Sebelumnya, Ketua Satgas Perumahan yang juga merupakan adik kandung Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo, menyatakan bahwa kontraktor besar tidak diperkenankan menggarap proyek pembangunan 3 juta rumah di wilayah pedesaan. Proyek ini akan dikhususkan bagi kontraktor UMKM.

Hashim menjelaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan sila ke-5 Pancasila, yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ia mengungkapkan bahwa kontraktor UMKM akan diberi kesempatan membangun 2 juta rumah di daerah pedesaan, sementara kontraktor besar hanya diperbolehkan menangani pembangunan 1 juta rumah di wilayah perkotaan.

“Pemerintahan Prabowo-Gibran ingin menciptakan serta memperluas kelas menengah. Salah satu langkah yang dilakukan adalah affirmative action. Jadi, jika ada perusahaan besar seperti milik keluarga Ciputra yang memiliki kontraktor, mohon maaf, mereka tidak diperbolehkan masuk ke proyek di pedesaan. Ini harus jelas dan terbuka,” ungkap Hashim dalam acara Executive Dialogue Propertinomic Real Estate Indonesia (REI) yang digelar di Jakarta, Kamis.

Ketua Umum Asprindo: Memperkuat Pengusaha Lokal Kunci Menuju Indonesia Sebagai Negara Maju

Ketua Umum Asprindo: Memperkuat Pengusaha Lokal Kunci Menuju Indonesia Sebagai Negara Maju

Ketua Umum ASPRINDO, Jose Rizal, menegaskan bahwa Asprindo siap untuk berkolaborasi dengan program pemerintah terpilih 2024. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia memberikan manfaat bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.

“Salah satu inisiatif yang dapat kita sinergikan adalah program makan bergizi nasional melalui Kampung Industri yang dimiliki Asprindo. Pemerintah dapat berkolaborasi dengan semua Dewan Pimpinan Wilayah Asprindo. Dengan demikian, pemerintah tidak perlu melakukan impor, karena kita dapat memenuhi semua kebutuhan itu,” ujar Jose dalam Seminar Nasional Evaluasi Satu Dekade Pemerintahan Jokowi di Millenium Sirih Jakarta pada Kamis (3/10/2024).

Ia menambahkan bahwa semua komoditas pangan yang diperlukan untuk mendukung penyediaan pangan bergizi nasional dapat disiapkan dalam waktu yang ditentukan.

“Untuk itu, kami menekankan bahwa program makan bergizi akan dilaksanakan secara bertahap. Apa yang dapat diproduksi di dalam negeri, akan kami siapkan. Sedangkan untuk yang belum tersedia, kami akan merencanakan program jangka panjang secara bertahap. Baik itu susu maupun daging, semua dapat kami sediakan dengan sumber daya dari anak bangsa,” paparnya.

Jose juga menekankan bahwa Indonesia memiliki sumber daya yang sangat beragam. Jika dikelola dengan baik, ini akan menciptakan ekosistem pangan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

“Memang, semua ini memerlukan perhatian dari pemerintah, termasuk pemerintah yang baru nanti. Saatnya bagi pemerintah untuk memberikan perhatian dan dukungan kepada pelaku usaha lokal, seperti UMKM. Dengan cara ini, kita bisa membangun sistem yang saling mendukung antara pelaku usaha dan pemerintah. Ini harus segera dimulai; jika tidak, kapan pelaku usaha dalam negeri bisa menjadi kuat?” tambahnya.

Ia mengharapkan pemerintah baru di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto untuk mulai membuka peluang bagi pelaku usaha lokal dan usaha kecil, setara dengan pelaku usaha besar yang telah memiliki jaringan luas.

“Kami meminta pemerintah untuk mulai memberikan perhatian dan peluang kepada pengusaha pribumi. Dengan adanya ekosistem ekonomi yang kuat di dalam negeri, Indonesia akan mampu bersaing di perdagangan global. Dengan perekonomian yang solid dan perdagangan yang kuat, peluang Indonesia untuk menjadi negara maju akan semakin terbuka lebar, terlepas dari jebakan pendapatan menengah,” tutupnya.

Evaluasi Dekade Jokowi Banyak yang Masih Perlu Dibenahi

Evaluasi Dekade Jokowi Banyak yang Masih Perlu Dibenahi

Jakarta (3/10) – Dalam sebuah diskusi publik yang berbentuk seminar nasional yang diadakan oleh Indef dan Asprindo, tema “Evaluasi Satu Dekade Pemerintahan Jokowi” menjadi fokus pembahasan.

Menjelang akhir masa jabatan Presiden Joko Widodo, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) bersama dengan Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo) memberikan pandangan terkait kebijakan-kebijakan serta perkembangan ekonomi yang terjadi selama 10 tahun terakhir.

Direktur Eksekutif Indef, Esther Sri Astuti, menjelaskan bahwa meskipun banyak pencapaian yang telah diraih, sejumlah tantangan besar masih harus dihadapi pada penghujung masa pemerintahan Jokowi. Meskipun perekonomian tumbuh sebesar 5 persen, kenyataannya belum cukup kuat untuk mengangkat Indonesia dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap).

“Pertumbuhan ekonomi 5 persen ini belum mampu membuat Indonesia keluar dari middle income trap,” ungkap Esther dalam seminar yang diadakan di Millenium Sirih Jakarta, Kamis (3/10/2024).

Selain itu, Esther juga menyoroti masalah ketimpangan yang semakin mencolok. Kekayaan dan modal masih terkonsentrasi pada segelintir kelompok, sementara investasi yang ada belum mampu menciptakan lapangan kerja yang signifikan.

“Kondisi ini memicu kekhawatiran, dan tidak bisa dibiarkan terus menerus. Indonesia harus segera keluar dari jebakan pendapatan menengah,” lanjutnya.

Esther juga menekankan mengenai iklim demokrasi yang semakin merosot dan praktik KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) yang semakin marak terjadi.

“Indonesia saat ini berada pada status demokrasi yang melambat. Harapannya, diskusi ini bukan hanya menjadi evaluasi, tetapi juga bisa menjadi rekomendasi kebijakan bagi pemerintahan yang akan datang,” tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Asprindo, Jose Rizal, menyatakan bahwa seminar nasional ini merupakan bentuk evaluasi terhadap kebijakan ekonomi dan pertumbuhan Indonesia selama ini.

“Evaluasi tidak selalu negatif. Tujuan evaluasi adalah untuk mengukur kinerja, baik positif maupun negatif. Kita harus memahami sejauh mana kita telah berjalan, mengapa kita sukses atau gagal, dan apa yang perlu diperbaiki ke depan,” jelas Jose Rizal.

Ia juga dengan tegas menyampaikan bahwa selama 10 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo, pengusaha pribumi belum merasakan dukungan yang memadai.

“Kami di Asprindo merasa bahwa pemerintahan Jokowi belum memberikan perhatian kepada pengusaha pribumi. Fokusnya lebih pada pengusaha besar. Oleh karena itu, kami ingin memberikan masukan kepada pemerintahan Prabowo kelak agar pengusaha pribumi dapat menjadi bagian yang diperhatikan dalam kebijakan ekonomi,” tegasnya.

Jose juga menyatakan bahwa Asprindo siap mendukung program-program yang akan dijalankan oleh Prabowo Subianto, termasuk program makan siang gratis yang bisa disinergikan dengan program Kampung Industri Asprindo.

“Jika diberi kesempatan, kami siap mendukung program makan siang gratis. Hal yang penting adalah memberikan peluang kepada UMKM dan pengusaha kecil, bukan hanya kepada perusahaan besar,” tuturnya.

Dia berharap agar pemerintah yang akan datang dapat memberikan ruang lebih bagi pengusaha pribumi, yang selama ini telah bertahan dengan kearifan lokal dan menunjukkan ketangguhan dalam menghadapi berbagai krisis meskipun minim dukungan.

“Sudah saatnya kita mengubah paradigma dengan menjadikan pengusaha bumiputera sebagai pemain utama dalam perekonomian, bukan hanya penonton. Semoga hasil dari diskusi ini bisa sampai ke tangan Pak Prabowo-Gibran,” tutupnya. (Red).

UINSU dan ASPRINDO Sepakati MoU untuk Pengembangan Pendidikan dan Ekonom

UINSU dan ASPRINDO Sepakati MoU untuk Pengembangan Pendidikan dan Ekonom

Jakarta (UINSU)

Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (ASPRINDO) kembali memperkuat kolaborasi dengan dunia akademik melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) bersama Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan. Kesepakatan ini mencerminkan komitmen kedua belah pihak dalam mengembangkan potensi ekonomi dan pendidikan di wilayah Sumatera Utara.

Penandatanganan MoU tersebut berlangsung pada Rabu, 21 Agustus 2024, di Kantor Pusat ASPRINDO di Graha Jorindo, Jakarta Selatan. Ketua Umum ASPRINDO, Jose Rizal, menyatakan bahwa kerjasama ini merupakan langkah strategis untuk mewujudkan tri dharma perguruan tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian, serta pengabdian kepada masyarakat.

“Kolaborasi ini sangat penting, karena merupakan bagian dari tanggung jawab kami untuk mendukung institusi pendidikan dan memaksimalkan sumber daya yang ada,” ujar Jose Rizal. Dia juga menyebutkan bahwa kerjasama ini merupakan hasil dari pertemuan informal sebelumnya yang kemudian berlanjut menjadi sebuah perjanjian resmi.

Salah satu tujuan utama dari kerjasama ini adalah pemanfaatan potensi ekonomi UIN Sumatera Utara Medan. Jose Rizal menjelaskan bahwa langkah konkret pertama yang akan dilakukan adalah pemanfaatan lahan kosong milik UINSU untuk proyek pembangunan asrama mahasiswa. “Membangun asrama mahasiswa adalah proyek yang sangat prospektif. Kami akan mengirim tim untuk meninjau dan mengevaluasi potensinya,” ujarnya. Dia menambahkan, pembangunan ini tidak hanya menyediakan fasilitas bagi mahasiswa, tetapi juga membuka peluang ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru.

Jose Rizal juga berharap agar kerjasama ini dapat terus berkembang dan membawa manfaat bagi kedua belah pihak. “Pertemuan ini sangat berarti, dan akan kami informasikan kepada seluruh anggota ASPRINDO untuk memperkuat kolaborasi lebih lanjut,” katanya.

Selain itu, Jose Rizal juga membahas program Kampung Industri yang telah lama dikembangkan oleh ASPRINDO, meliputi sektor pertanian, peternakan, perkebunan, dan pariwisata pedesaan. “Kami memiliki banyak tenaga ahli yang siap berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam program ini,” jelasnya.

Sekretaris Jenderal ASPRINDO, Ana Mustamin, juga memberikan pandangannya mengenai kerjasama ini. Menurutnya, kerjasama ini sangat strategis dan membawa keuntungan bagi kedua pihak. “Dalam dunia usaha, kami membutuhkan tenaga ahli, sedangkan pihak kampus memerlukan praktisi untuk memanfaatkan hasil riset dan mendistribusikan sumber daya manusia lulusan mereka. Ini adalah bentuk sinergi yang saling menguntungkan,” ujarnya.

Rektor UIN Sumatera Utara Medan, Prof. Dr. Nurhayati, M.Ag., yang turut hadir dalam acara tersebut, mengapresiasi ASPRINDO atas kerjasama ini. Ia menyampaikan bahwa UINSU Medan sebagai Badan Layanan Umum (BLU) membuka banyak kesempatan untuk pengembangan usaha ekonomi. “Kami sangat berterima kasih kepada ASPRINDO atas peluang kerjasama ini, yang sangat sesuai dengan tri dharma perguruan tinggi,” ungkap Prof. Nurhayati.

Lebih lanjut, Prof. Nurhayati berharap kerjasama ini tidak hanya berhenti pada tahap penandatanganan, tetapi juga diwujudkan dalam berbagai aksi nyata. Salah satu bentuk kerjasama yang diharapkan adalah program magang bagi mahasiswa UIN SU Medan di perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam ASPRINDO. “Semoga kerjasama ini tidak hanya menjadi formalitas di atas kertas, tetapi benar-benar saling memberikan manfaat,” tegasnya.

Sebagai penutup, Prof. Nurhayati juga mengungkapkan harapannya agar ASPRINDO dapat lebih banyak berperan dalam pengembangan fakultas-fakultas di UINSU Medan, termasuk melalui pemberian beasiswa bagi mahasiswa yang membutuhkan. “Kami berharap ASPRINDO juga dapat berkontribusi melalui pemberian beasiswa, karena tidak semua mahasiswa kami berasal dari keluarga yang mampu,” pungkasnya.

Kerjasama antara UIN Sumatera Utara Medan dan ASPRINDO ini diharapkan menjadi contoh kolaborasi yang produktif antara sektor usaha dan dunia akademik, yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Turut mendampingi Rektor, Wakil Rektor bidang Kerjasama dan Pengembangan Lembaga, Prof Dr. Muzakkir, M.Ag., dan Kepala Biro AAKK Drs. Ibnu Sa’dan M.Pd. (Humas)

ASPRINDO

Follow Sosial Media ASPRINDO

Design Website by Lafasy Digital